Bolamp.net Surabaya- Mlaku-mlaku menyapa Masjid dihari puasa Ramadhan ke 7 (19/4) mampir Masjid Peneleh Surabaya yang dekat dengan kediaman Tokoh Perjuangan Bangsa HOS. Cokro Aminoto.
Perjuangan bangsa Indonesia merdeka dari penjajah Eropa tidak lepas dari berdirinya suatu masjid. Termasuk pergerakan aktivis kemerdekaan di Surabaya.

Adalah Masjid Peneleh atau Masjid Jami Peneleh. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Surabaya. Masjid ini bisa dikatakan sebagai bagian dari perjalanan bangsa.

Masjid ini lokasinya dengan rumah Hos Tjokro Aminoto, salah satu pendiri Sarekat Islam (SI), organisasi perlawanan terhadap dominasi penjajah Belanda pada masa itu.

Dijelaskan Ketua takmir Masjid Jami Peneleh, Sofyan, Masjid Peneleh ini tak lepas dari perjalanan bangsa Indonesia karena letaknya dekat dengan rumah Tjokro Aminoto.

Masjid ini didirikan pada 1400-an silam. Rumah Tjokro Aminoto ini berada di samping gang masjid tersebut. Bahkan ada yang menyebut kalau Masjid Peneleh ini lebih tua dari Masjid Ampel.

“Masjid ini lebih tua daripada Ampel. Itu dulunya kedukuhan, desa,” ujar Sofyan, dikutip dari times indonesia.co.id, jejaring media suara.com, Minggu (18/04/2021).

Sofyan mengatakan, dulu sebelum Raden Rahmat atau yang biasa dikenal dengan Sunan Ampel mendirikan Masjid Ampel, Sunan Ampel terlebih dahulu mendirikan masjid di Kembang Kuning Surabaya.

Kemudian mendirikan Masjid di Peneleh dan yang terakhir di Ampel. Jadi, Masjid Peneleh ini merupakan salah satu masjid yang juga dibangun oleh Sunan Ampel.

“Sebelum Raden Rahmatullah ke sana (Ampel) di sini dulu. Di sini dulu sudah ada kehidupan. Beliau tahu di sini ada komunitas muslim. Ada komunitas Hindu, animisme, dinamisme. Ada prasasti Mbah Cempo,” katanya.

Masjid Peneleh dibangun sekitar tahun 1400-an. Namun Sofyan menegaskan ia tidak memiliki literatur tentang sejarah masjid Peneleh.

Meski usianya lebih lama dari Masjid Ampel, Masjid Ampel lebih banyak dikenal orang ketimbang Masjid Peneleh. Penyebabnya salah satunya karena di Ampel terdapat makam Sunan Ampel dan menjadi jujugan wisata religi.

Lebih jauh Sofyan menjelaskan, Masjid Peneleh menjadi bagian dari perjuangan bangsa Indonesia. Masjid tersebut bahkan menjadi tempat diskusi perjuangan.

“Tempat diskusi perjuangan, terutama kaum Nahdliyyin, NU. Di sini pusat pengamanan dan pergolakan santri,” terangnya.

Tokoh NU yang menjadi bagian dari Masjid Peneleh adalah KH Thohir, KH Dahlan Basyuni, kyai Zahir Ghufron dan tokoh-tokoh lain.

Sofyan mengatakan bahwa sekitar tahun 1984 Masjid Peneleh memiliki 2 lantai. Lantai 2 digunakan untuk pesantren. Uniknya, di luar masjid memiliki sebuah alat bernama Bentjet, yang merupakan sebuah alat jam matahari mirip kompas, kegunaannya untuk melihat waktu sholat. ( MT/Fink)

Menyapa Masjid Peneleh, “Saksi Perjalanan Bangsa diduga Usianya lebih tua dari Masjid Ampel”
Total Page Visits: 1123 - Today Page Visits: 2

Navigasi pos


Satu tanggapan untuk “Menyapa Masjid Peneleh, “Saksi Perjalanan Bangsa diduga Usianya lebih tua dari Masjid Ampel”

  1. Wisatawan juga bisa mengeksplorasi keindahan kawasan candi dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda yang disewakan pihak pengelola atau berkeliling yang lebih dikenal dengan sebutan “Tayo” dan dibandrol seharga Rp15 ribu perorang. Gelap sudah membayang ketika saya masuk Surabaya di malam hari, Ibu Kota Jawa Timur, dari arah Madura. Selepas Jembatan Suramadu, cukup lama saya menghabiskan waktu di Masjid Sunan Ampel. Jadilah masa lalu Surabaya menyambut dalam temaram, apalagi saat memasuki kawasan gudang-gudang tua. “Ini kawasan Pecinan,” ujar sang pengemudi yang mengantar. Ia pun mengajak berputar, tapi yang ada kegelapan. Jalan Gula, Jalan Karet, hingga Jalan Kembang Jepun, lokasi adanya Kya Kya Surabaya yang memperlihatkan gedung-gedung berpulas abu-abu tak terawat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *