Bolamp.net   – Lamongan rabu(26/8) -. Hari hari sudah seminggu masyarakat Lamongan mengonsumsi air kebutuhan rumah tangga yang berasal dari PDAM milik Pemerintah Kabupaten Lamongan berwarna coklat, layaknya warna  minuman teh.

Kegalauan, keinginan serta kemarahan yang terpendam dalam masyarakat minggu ini mestinya ditanggapi dengan serius. Lantaran kebutuhan primer air yang diambil dari terpanjang di Pulau Jawa ini terulang kembali.

Lagi-lagi alasan klasik, padahal dijaman se modern ini masalah air yang tercemar belum teratasi dan terulang lagi. Hampir semua media memberitakan dan keterangan narasumber yang berkompeten selalu sama,

“Kita sudah konfirmasi ke Peringkat Jasa Titra (PJT) 1, yang mengelola air baku Bengawan Solo. Ternyata ada pencemaran limbah dihulu”, kata Ali Mahfudi Direktur Perumda Air Minum Lamongan. Menurut informasinya limbah yang mencemari DAS Solo berasal dari limbah batik dan kulit produksi Rumahan.

Setidaknya ada permasalahan yang harus dirunut penyebab tercemarnya air yang dulu diabad awal 20an saat Ratu Wilhelmina melayari sampai Solo, seperti yang di gambarkan Gesang  dalam lagu Bengawan Solo Riwayatmu kini. Dulu air Bengawan Solo Bagaikan air aquarium yang terlihat jelas penghuninya,  kini coklat kehitaman seperti minuman teh dalam gelas.

Permasalahan itu terletak pada Pabrik pencemar limbah,  Komitmen penegak Hukum, Piranti hukum yang semestinya digunakan tanpa pilah pilih dan ada transparansi dalam penegakan hukum, pihak Penyedia Air bersih yang layak dikonsumsi serta pelanggan atau masyarakat yang menggunakan dan punya hak untuk mendapatkan hasil air higienis.

Jika sudah diketahui, siapa penyebab pencemar dengan membuang limbahnya ke saluran air sungai seharusnya ditindak dan ditindaklanjuti.  Jangan dibiarkan, diambangkan, ataupun ditindak hanya sebagai syarat epok-epok wae.  Jika sudah ditindak dan dapat funishmen tidak diulangi lagi, jika masih bandel layak ditutup tanpa pandang bulu siapa pemiliknya, baik ada bokingan modal, bokingan jaminan keamanan maupun keponakannya.

Pihak perusahaan jasa pengolahan air baku juga harus bertanggung jawab, dengan teknologi mutahir plus mengirimkan tenaga tehnis pengolahan dan penambahan zat kimia. Jangan hanya menggantungkan Tawas sebagai penjernih dan Kaporit sebagai bahan pembunuh bakteri dan penyakit jasad renik.

Masyarakat pengguna juga harus berani bersuara, berkomentar atau bahkan menulis di medsos dengan bahasa yang benar tidak menghasut. Konsumen jangan mau dirugikan.

” PDAM Lamongan memproduksi air seperti Wedang Teh”, seperti ditulis di Facebook oleh Mantan Anggota dewan dan wartawan yang dikomen banyak sekali Fesbukers yang nadanya menyudutkan penyedia layanan.

Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi dimasa mendatang, walau pendekar penguasa Jateng yang dekat rakyat selalu turun tangan langsung. (Arifin Katiq)

PDAM Lamongan memproduksi Air seperti Teh Coklat
Total Page Visits: 1182 - Today Page Visits: 2

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *