Bolamp.net    .-Lamongan (25/8) -. Rasa syukur among tani di pedesaan pasca panen dengan hasil melimpah, biasanya diwujudkan dengan menggelar sedekah bumi. Tradisi turun temurun ini tetap dilestarikan sebagai budaya spiritual agar tak kekang ditelan zaman.

Sedekah bumi bagi para petani, identik dengan larung sesaji bagi para nelayan, dan labuhan atur sesaji bagi warga yang tinggal di pegunungan, hakikatnya adalah perwujudan rasa syukur pada Tuhan.

Seperti halnya dengan warga petani dusun Pilang Bango, Desa Baturono, Kecamatan Sukodadi, Kab. Lamongan, Sabtu (22/8) lalu menghelat tradisi sedekah bumi.

Sejak pukul 06.00 Wib mereka membawa tampah berisi uborampe sesaji berupa nasi, lauk ingkung ayam atau bandeng, jajanan khas wong ndeso seperti kucur, rengginang, lentreh, onde-onde, gulo klopo, lemet, nagasari, tape ketan, tetel ketan, aneka krupuk, pisang dan aneka buah-buahan lainnya. Berkumpul di lapangan pinggir tanggul telaga.

Berkumpul, nyekar leluhur, berdoa yang dipimpin sesepuh (modin) dan diakhiri dengan makan bersama. Uniknya beberapa warga tidak lupa ada yang memberi makan ikan di telaga berupa jajanan seperti kucur, krupuk, rengginang, dll.

” Agar syukur kita membawa berkah, bukan saja untuk manusia. Termasuk ikan yang kita pelihara di telaga ini juga. Hikmahnya sedekah itu bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga mahkluk lain yang hidup di bumi ini” kata Anwar, salah satu warga.

Sedangkan Kades Baturono, Drs. Tarmuji yang diundang warga memberi pemahaman makna sedekah bumi yang dikaitkan dengan persatuan untuk membangun desa. Tak lupa, ia pun berpesan bahwa tradisi sedekah bumi ini tidak sampai punah sebagai budaya syukuran para warga petani.

Di akhir acara, modin dan sesepuh dusun, Suriyanto memimpin doa selamat. Namun sebelumnya ia juga mengajak warga untuk membaca tahlil yang ditujukan untuk keluarga, ahli waris, dan leluhur warga yang sudah sumare dk alam kelanggengan.

Tradisi sedekah bumi di Pilang Bango ini memang masih rutin digelar tiap tahun. Bahkan jika panennya melimpah warga selalu nanggap pentas kesenian wayang kulit. Warga dengan sukarela urunan uang dengan jumlah tertentu, bahkan yang mampu akan lebih banyak menyumbang untuk menggelar wayangan sedinten sedalu muput.

Kadang ada keanehan satu atau dua hari berselang, biasanya di wilayah ini akan turun hujan, meski itu di musim kemarau. Peristiwa langka ini diartikan sebagai turunnya berkah.

Mitos lain yang masih diyakini oleh warga yakni tentang danyang desa sebagai pelindung dan penjaga keselamatan. Warga menyebut Mbah Dipo. Tokoh yang mempunyai karomah dan yang babat alas wilayah ini. Karenanya ada kepercayaan ar telaga ini memiliki daya metafisis sebagai wasilah kesuksesan hidup, pelancar rezeki, pelarisan dagang, usaha, dll.

Ditulis oleh Danar SP

Editor oleh Arifin Katiq

Sedekah Bumi, ” Tradisi Among Tani yang tetap Lestari “
Total Page Visits: 1241 - Today Page Visits: 1

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *