Bolamp. -Lamongan jumat (31/7) – Jamasan keris Korowelang sebagai Simbol/lambang Kabupaten Lamongan diselenggarakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah atau tanggal 10 bulan besar (Jawa) mempunyai arti yang besar karena di pandegani untuk pertama kali oleh Ki Mas Moh. Hadi usai sholat idul adha atau idul qurban di jalan Sunan Giri gang Pusaka Groyok.

Pendopo jimat pagi tadi ramai dikunjungi para penggemar, panguri budaya Jawa, duduk di paseban mulai Lurah, para dukun, para spiritual berambut awut-awutan dengan baju khasnya. Ditambah asap dupa di anglo arang persis di depan pintu tengah.

Aroma khas dupa, kemenyan yang mengepul seperti rokok elektrik dari mulut dower selalu mengenal. Di sela-sela berjejer bubur aneka warna 7 rupa dan dua tempeng nasi yang mengerucut plus aneka makanan polo pendem.

Suasana hening saat lelaki jangkung, berbaju koko putih berkopyah putih masuk paseban Ki Mas Moh. Hadi langsung menuju pojok kanan. Dibantu ki Jali Kulontlogo dan si Nung Abidin langsung mempersiapkan ubah rampe, yang terdiri wadah gedebok (batang pisang?, jeruk nipis, dedak, tetel ketan, dan minyak srimpi.

Lansung Budayawan Lamongan, H. Ach, Chambali yang aseli dusun Groyok langsung membuka acara dan menyerang asal usul keris Korowelang dengan bahasa khasnya.

” Itu sebenarnya bukan keris tapi mata tombak bereluk seperti keris, merupakan senjata pamungkas milik Sunan Giri ketiga yang diberikan kepada Pangeran Jimat yang aseli  dari Desa Tanjung.  Senjata korowelang ini punya kembaran yang diagem kanjeng Adipati Jimat sebagai Adipati di Pacitan dan senjatanya sekarang tersimpan di puncak gunung ketitir timur Pacitan “.

Dia mempersilahkan ki Mas Moh. Hadi untuk mengambil pusaka yang disimpan di kamar tengah terbungkus dalam kotak yang dilapis bantal bersarung putih diatasnya penuh untaian dan ronce bunga melati.

Suasana mistis mulai terasa apalagi ada letikan bunga kemenyan, sekelebat ada sinar lembut yang menyambut dengan dibuka pusaka korowelang ini, semua pasang mata menuju ke keris luk pitu ini dengan penafsiran yang macam-macam.

” Assalamu’alaikum mari kita perhatian keris ini untuk kita jamasi, sebagai warisan leluhur tanpa diramesi luknya berapa. Mari kita berdoa dengan kita jamasi pusaka ini semoga warga Lamongan khususnya dan masyarakat semua mendapatkan barokah dari Allah SWT, khususnya kita segera terbebas dari wabah virus yang menakutkan ini”, kata Ki Mas Moh, Gadis dengan suara pelan berwibawa.

Pertama pusaka dimandikan di wadah gedebok dengan larutan jeruk yang bersifat asam ini berkaitan dengan teyeng atau karat logam. Lalu dibersihkan dan diasapkan di perapian dari arang berkemenyan, setelah kering dimasukkan wadah lain tempat dedak dan ditekan dengan jajanan tetel ketan.

Disini terkandung maksud sebagai basa untuk mengikat zat asam agar logam aselinya dengan torehan sangat empu yang mengikat mata yang memandang. Diasapkan lagi diatas tungku anglo, lalu dikeringkan dan direndam dalam larutan bunga setaman nanti harum, di angkat lalu di asapi lagi.

Yang terakhir setelah kering, pusaka di lumuri dengan minyak khusus lalu di masukkan ke tempatnya dibungkus kain putih dan diberi bunga ronce melati.

Sukses dan suksesi Ki Mas Moh. Hadi dari mbah Abd Rohiem yang seminggu sebelumnya dipanggil gusti Allah untuk menempati rumah barunya, terlihat ketenangan luar biasa, kekuatan bathin yang dimiliki Ki Hadi walau disembunyikan ada keringat yang amat banyak yang menyertai peristiwa budaya ini.

Ingatan penulis saat kecil saat bermain di sekitar rumah mbah Jimat ini, dulu kala kalau ada burung yang nemplek atau singgah diatas wuwung, pastilah jatuh pingsan dan kadang meninggal.

Pun saat bermain layangan, saat itu benang layang hampir dipastikan tidak pernah diatas genting atau areal rumah mbah jimat. Ada kesan damai, ayem namun menyimpan misteri, menyimpan mistis yang luar biasa.

Sekitar tahun enam puluhan pusaka ini pernah dicuri dan dibawa lari ke timur, menggunakan sepur trutuk, kereta api uap, saat mau melintas keluar wilayah Lamongan tiba-tiba kereta api berhenti tak bisa jalan.

Usut punya usut ada kegemparan tehnologi saat itu apa penyebabnya?? Ternyata ada bungkusan lawon putih yang didalamnya ada pusaka tersebut, dan akhirnya pusaka Korowelang tersebut dibawah pulang dikawal dengan jalan kaki seperti barisan karnaval Agustusan dibawa kembali ketempat aslinya. Kereta api pun bisa kembali meneruskan lajunya menuju pasar Turi.

Misteri terjumput saat para dukun yang datang dengan pengamatan batinnya berbeda. ” Iya mas  , saya perhatikan auranya mereka memancarkan ke ademan”, kata ki Sabar, yang sesuai namanya adem bae.

“Wah terasa agak panas kali ini cak, mungkin daerah sini perlu di sterilkan. Opo ndik sini akeh cem ceman rambut warna warni ya cak? “, nada tanya mas Robah lelaki ceking mata cekung rambut panjang dari sebrang lor penuh selidikdan aura panas yang diterimanya.

Apapun misteri yang ada, yang penting sukses untuk Ki Mas Moh Hadi sebagai generasi penerus jamasKeris Pusaka Korowelang ini. Dan jamasan kali ini dihadiri dan disowani Sekda Lamongan Yurohnur Efendi (YeS), sayang kurang kordinasinya Lurah Sumardi dalam berkomunikasi dengan masYes, kedatangannya saat acara sudah selesai untungnya masih ada Riski dkk yang menyambutnya. “Sayang Mas Riski acara sudah selesai, panitya tidak memberi kabar waktunya”, katanya dengan wajah wajah bersahaja namun penuh wibawa. ( Arifin Katiq).

Jamasan Keris Korowelang milik Sunan Giri III usai Sholat Idul Qurban di Groyok Sukorejo Lamongan
Total Page Visits: 2802 - Today Page Visits: 1

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *