Bolamp.net -Kuala Lumpur-
Pantauan Bolamp.net dari Malaysia tentang perkembangan banjir yang selalu melanda Lamongan kawasan Bengawan njero yang sudah menggenangi 26 desa dari 5 wilayah Kecamatan harus disikapi dengan kebersamaan. Khususnya Komando dari Bapake wong Lamongan yang Megilan, Dr.H.Yuhronur Efendi.
Bencana alam meluapnya air sungai bengawan jero yang merupakan siklus tahunan dan disebut sebagai “wilayah bonorowo” ini sudah sekian lana diprogramkan penanganannya oleh pemerintah daerah, lanjut ke propinsi bahkan pemerintah pusat.
Seperti halnya, banjir tahun ini juga membuat ratusan rumah di lima desa di Kecamatan Deket rumah terendam air yang sudah hampir dua minggu lamanya, warga di bantaran sungai Bengawan Jero tidak dapat beraktifitas dengan maksimal.
Berbagai upaya juga terus dilakukan, baik Pemerintah Kabupaten Lamongan maupun Provinsi Jawa Timur dengan sigap menangani banjir dengan terus mencari solusi terbaik agar masyarakat di bantaran sungai bisa terbebas dari bencana banjir ini.
Mengunjugi warga yang terdampak bencana banjir di Dusun Pujut Desa Sidomulyo Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan, Jumat (24/2) sore, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa usai berdiskusi bersama Bupati Lamongan Yuhronur Efendi beserta tim BBWS menyebut terdapat solusi penanganan banjir di Lamongan yakni dengan memperbarui pintu air Kuro.
Menurut Khofifah, pembangun pintu air Kuro yang cukup signifikan ini membutuhkan dana sebesar Rp 65 Milyar. Nantinya biaya ini tidak hanya dibebankan pada Pemkab Lamongan, namun Pemprov Jatim juga bergotong royong, membantu membiayai penanganan banjir di Lamongan.
“Pintu Kuro menurut tim teknis cukup signifikan mengurangi luapan sungai. Kemudian kami bertanya, berapa tingkat efektivitas pengurangan dari luapan banjir di sini jika pintu Kuro diselesaikan. Berapa anggarannya dan berapa lama pengerjannya. Nah ini tadi yang kita bahas dan di cocokkan dengan Pak Bupati Lamongan dan tim BBWS, bahwa kita butuh dana sekitar Rp 65 miliar. Dengan rincian ⅓ (sepertiga) dari Pemkab Lamongan dan ⅔ (dua pertiga) dari Pemprov Jatim. Setelah pulang dari sini saya akan mendetailkan kepada Sekda Provinsi Jatim agar penanganan ini lebih terukur,” tutur Khofifah.
Upaya rekonstruksi secara gotong royong ini merupakan upaya solutif yang dilakukan Pemprov Jatim maupun Pemkab Lamongan yang diharapkan dapat menjadi solusi efektif dalam menangani banjir. Meski demikian, sebelum merekonstruksi, terlebih dahulu Pemprov Jatim akan minta izin ke Kementerian PUPR sebagai pemilik kewenangan.
“Karena ini bagian dari kewenangan BBWS dibawah Kementerian PUPR. Jadi Pemprov Jatim dan Pemkab Lamongan akan bersama-sama menangani dengan terlebih dulu izin kepada Kementerian PUPR. Sebelumnya, kami juga sudah 3 tahun mengajukan supaya mendapatkan prioritas penanganan. Karena kalau banjir di Lamongan menggenang, genangannya bisa bulanan. Untuk itu kita cari titik yang paling signifikan untuk dilakukan proses rekonstruksinya,” imbuh Khofifah.
Khofifah berharap, pihak BBWS juga akan melakukan normalisasi. Sehingga jika normalisasi ini berseiring, Khofifah menyakini pembangunan pintu air Kuro akan menjadi solusi penanganan banjir di bantaran sungai Bengawan Jero Lamongan.
Sementara itu, diterangkan Bupati Yes, pembangunan pintu air Kuro merupakan solusi yang diharapkan dapat memaksimalan penanganan banjir di Lamongan.
“Kita sampaikan ada dua kunci untuk menangani banjir di Bengawan Jero yakni di pintu Sluis Kuro dan dam Tambak Ombo. Sekarang kita fokus di pintu air di Sluis Kuro. Kondisi pintu sudah lapuk dan kita sepakat untuk memperbarui dengan skema BTT dan gotong royong antara Pemerintah Kabupaten Lamongan maupun Pemprov Jatim. Sehingga ada kejelasan dengan datangnya Bu Gubernur,” tegas Pak Yes.
Perlu dukungan masyarakat Lamongan, wabil khusus yang berdampak langsung. Agar tidak memperkeruh suasana banjir tahun warisan lama, kita perlu bahu membahu mengatasi bencana air ini agar paradigma lama, tanah Bonorowo, berubah menjadi tanah subur yang menjanjikan. (Danar/Funk)