BOLAMP.NET – LAMONGAN-
Saat bulan bJuli 2023 di Pendopo Loka Tantra, Lamongan, sukses tergelar Sarasehan Budaya dan Sejarah Gajahmada, Gunung Ratu dan Dewi Andongsari oleh para pegiat budaya Jawa yang tergabung dalam Paguyuban Wilwatikta.

Rabu (2/8/23) ini berlanjut pada gelar tradisi Suroan di Gunung Ratu, Dusun Cancing,Kecamatan Ngimbang, Lamongan yang dihelat oleh Paguyuban Wilwatikta dan Pemkab Lamongan.

Perayaan – perayaan bulan suro memang lekat dengan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai keagamaan. Selain Lamongan, daerah lain di pulau Jawa juga memiliki tradisi berbeda pada saat Suro ( Muharam).

Seperti Grebek Suro di Ponorogo. Grebeg Suro di Keraton Solo dan Yogyakarta, merupakan kirab mengelilingi benteng keraton, puncaknya adalah pembagian tumpeng raksasa yang disediakan oleh pihak keraton. Tumpeng tersebut merupakan simbol keberkahan untuk masyarakat.

Tradisi Suroan ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan tujuan yang sama, meskipun mereka punya cara masing-masing memperingati sebuah momen yang pada dasarnya tak hanya sebuah pergantian tahun semata.

Seperti yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Lamongan bersama Paguyuban Budaya Wilwatikta, yang menggelar acara mangayubagya tanggap warsa 1 sura 1957 Jawa, di Makam Nyai Andong Sari tepatnya di dusun Cancing Desa Sendangrejo, Ngimbang, Rabu (2/8/23).

Kegiatan sekaligus untuk merayakan tahun baru 1957 Saka Jawa tersebut dikemas dalam satu hari satu malam. Tidak hanya itu, kegiatan ini menjadi momen penting bagi budayawan Lamongan, pasalnya untuk pertama kalinya sebanyak 60 pengurus Paguyuban Budaya Wilwatikta diwisuda/dilantik.

Sebelum menjalani pelantikan, para budayawan dari berbagai belahan Wilayah Lamongan menjalankan serangkaian tradisi, mulai dari jamasan (membersihkan atau mandi) di Sendang Sidowayah dan Kamulyan sebagi bentuk mensucikan diri secara jiwa dan raga, yang dilanjutkan Kirap Pataka menuju makam Nyai Andong Sari, hingga ruwatan.

Menurut Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, pelestarian budaya jawa melalui tradisi suroan menjadi semangat sekaligus momentum intropeksi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam menapaki tahun baru.

“Selamat kepada budayawan yang sudah di lantik dan terima kasih terus bersama pemerintah nguri-uri kabudayaan, budaya jawi, budaya masyarakat Lamongan, menjadikan tanggal 1 Sura menjadi semangat dan intropeksi diri momentum untuk terus memperbaiki, menyempurnakan, dan mendekatkan kepada Allah SWT,” ucap Pak Yes.

Sementara, Pengurus Paguyuban Budaya Wilwatikta, Eyang Sriyadi Purwo Wiyoso mengungkapkan, terdapat tiga tugas utama budayawan Lamongan yang sekaligus menjadi harapan hadirnya pengurus budayawan Lamongan, yakni ruwat sukerta, ruwat sangkala, dan ruwat bumi Lamongan.

“Pengurus Budaya Wilwatikta sudah diwisuda atau dikukuhkan, saya atas nama pengurus Budaya Wilwatikta mengucapkan terima kasih, Pemerintah Kabupaten Lamongan, kami mohon motivasi serta sarannya untuk kedepan,” ucapnya.

Sebagai bentuk wujud syukur, pada kesempatan yang sama dilaksanakan tumpengan dengan menyajikan 57 tumpeng sebagai lambang tahun Saka Jawa yang diambil dari dua angka terakhir.

Tak hanya itu Paguyuban Budaya Wilwatikta juga menyediakan 45 uborampe sesaji sura gowes sebagai simbol tindak tanduk manusia.

Selain itu, acara mangayu bagya tanggap warsa 1 sura 1957 Jawa akan dilanjutkan dengan wayangan sejarah tutur tinular Nyai Andong Sari di malam harinya. ▪︎(D Seito/ A Kaota)

Suroan Gunung Ratu, Lestarineng Budaya Jawa Lamongan Kidul
Total Page Visits: 1672 - Today Page Visits: 2

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *