Bolamp-Lamongan- Selasa 1 juni 2021 yang ditetapkan menjadi Hari Lahir Pancasila, menjadi bahasan untuk perekat kesatuan bangsa kedepan. 4 penggowes Angkatan 66 Sadar Toea menjelajah menggunakan sepeda MTB, menapak rute dari jalan desa, jalanan tambak, sering kali melewati galengan antar sawah ataupun tambak.

Setelah berkumpul, siap berangkat menuju Desa Pancasila. Desa Balun Kecamatan Turi salah desa yang patut menjadi percontohan dan dicontoh desa di Kabupaten lain. Desa ini penduduknya memeluk Agama Islam, Kristen dan Hindu maupun Budho.

Letak tempat ibadah Masjid, Gereja dan Pure dalam satu komplek yang dibatasi alon2 desa. Selama ini belum pernah terjadi konflik, malah setiap ada perayaan keagaman saling membantu dan rukun tentram.

Gowes rute diawur dan selalu kedepan, tidak boleh balik arah walaupun salah jalan. Dari jalanan Desa, jalan tanggul, hingga harus menyebrang kali dengan mengangkat sepeda, Nguwot istilah lamongan nya, jalan lewat bambu yang diikat.

” Alhamdulillah cak ipin iso nyebrang, walau dienjot-enjot jiZik”, tutur Joko Brenk didampingi gus Farit dengan muka pucat dan peluh gobyos.

Leang leong diantara tanah tambak hingga mencapai Bandar penyebarangan Bengawan Solo menuju desa Lengkir Kecamatan Dukun Gresik.

Perjalanan ekstrim yang menguras tenaga diantara tanggul dan ruas tambak akhirnya masuk Kali Agung desa Tiremenggal. Sepanjang perjalanan mata memandang selalu disambut lambaian daun padi yang menguning dan empang windu.

Alhamdulillah setelah penat, mata melihat dari jauh menara Masjid dan tower telkom desa Lohwayu yang menyimpan sesuatu ada Malindo sate cempe jowo.

Akhirnya sampai di pemandian Banyu Biru,sendang tempat sumber air pengairan dengan pohon besar rindangnya. Karena pandemi lambat laun pengunjung berkurang dulunya amat ramai .

” Monggo pa’e ikut rame -rame makan bareng nasi jagung, ikan pindang dan bandeng”, pinta bu Kades Mentaras didampingi Shofia emak- emak kenes yang cemethot. Sambil menyerah sepincuk daun pisang diisi nasi memanjang diatas dua daun pisang utuh.

Setelah istirahat dan melaksanakan sholat duhur ( plus jamak Asar) di Masjid SumurBer yang airnya jernih dan menyegarkan tubuh, perjalanan yang sesungguhnya dilanjutkan 12.25.

Panas menyengat, jalanan menanjak dikanan kiri tanaman jagung hibrida yang mengering siap dipanen. Dan sampailah di desa pinekar, barat bukit Sirowithi tempat bertapa Sunan Kalijogo, lelaki sebelum diwisuda jadi Waliyullah.

Kebarat menuju Desa Sengot ke utara melewati jalanan hutan menuju desa Bluri Lamongan. Peluh keringat bercucuran sementara tenggorokan terasa mengering.

Sungguh takjub dikanan kiri hutan jati dan jalan naik turun yang terjal. Terlihat bukit bukit kapur menguap mengeluarkan debu putih lantaran aktifitas kendaraan lalu lalang mengangkut kapur putih.

Istirahat sejenak guna mengisi perut dengan ikan khas Pantura, ada kerang hijau, kepala mangut, ikan jembung dan ayam tentunya. Cak farit kerasan amat karena pemilik warung kenes, ayu tur ramah. Kenya Malang yang katut jago Bluri dan membuka usaha makanan.

13.35 siap menapak jalan berdebu tur panas menyengat, tak terpikirkan peluh lelah jalanan berbatu nanjak dan menurun tajam saat terlihat keelokan bukit casas putih untuk bagan keramik dan bedak kecantikan.

” Subhanallah, alhamdulillah akhire keturutan cak kesini “, ujar jizik sambil melihat kebawah. Ada pemandangan eksotik, dengan jalan melingkar berseluweran colt T maupun truk. Pokoke kalau gak datang sendiri tidak enak diceritakan, lyar biasa indahnya , apalagi asa telaga Biru atau Hijau karena pantulan sinar matahari.

Pemandangan khas batu tambang dari rumah kerang jutaan tahun lalu, menghasiljan devisa dan memakmurkan warganya. Jadi jangan heran desa Tlogo Sadhang mempunyai klub Bola Volly tingkat Nasional di Liga Volly Indonesia yang membanggakan.

Setelah puas dilanjut kedesa Tlogo Sadhang tepi laut, berempat menikmati kelapa muda depan kantor Balai desa yang nglamut benar.
Perjalaban dilanjut ke barat sejauh 11km menunu WBL, guna menikmati dawet siwalan dan legen orinya.

Dari Sadhang ke Barat ada wisata religi di Desa Kemantren tempat majam Maulana iskak ayahanda Sunan Giri. Kebarat sedikit bisa mampir di Bukit Drajat tempat dimakamkan Sunan Drajad putera Sunan Ampel Surabaya.(FinKatiq )

Gowes Jelajah Lamongan, ” Menikmati Eksotisme Tambang Kapur Tlogo Sadhang Paciran “
Total Page Visits: 1234 - Today Page Visits: 2

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *