Bolamp.net – Lamongan – Pagi sabtu (23/1) sayup sayup semilir angin membuat tarian wineh hijau sepanjang jalan menuju Desa Menongo, dan berseliweran burung putih mengiringi 5 penggowes Sadar Toe mau menyapa Banjir Bengawan nJero. Dari markas pojok alon-alon kota ke barat sekitar 11,3 km guna sarapan pecel mbok Yanti, wanita berumur dilanjut nyruput Kopi deplokan.
Pagi sekitar jam 7.15 suasana dusun Ngelo Menongo sepi, penduduknya sudah berangkat Kerja atau kesawah. Dusun damai nenyimpan mutiara kenikmatan untuk lelaki. Kopi item kopi lelaki, Kopi item kopi Lanang, Rokoknya Gudang Garing kopi item Lelaki tulen. Lanang ora sejati bila tidak mengkonsumsi Kopi item kopi pahit.
Dari deretan penjual kopi, mulai warung kopi rumahan, warkop tepi jalan, Kopi surung hingga Cafe-cafe menjamur di Negeri ini apalagi semenjak kopi sianida yang menghebohkan beberapa tahun lalu.
Kopi mbok warsih, wanita usia 73 tahun ini masih tongseng. Membuat kopi dengan digoreng menggunakan kayu diatas wajan lempung, lalu ditumbuk dengan lumpang kayu menggunakan alu kayu panjang risertai doa doa saat mengayuhkan alunya.
Berlima menunggu diluar, ada Lincak kayu jati tempat kita menyeduh kopi nantinya. Sudah terasa aromanya sampai luar halaman, membayangkan nikmatnya kopi mbok Warsih ini. Ada celeguk ditenggorokan, ada sesuatu yang bikin urat-urat lelaki meradang untuk menikmatinya.
Hmm… Arum tiada tara, saat kang Ogut, jizik, cak Parit, Gus Joko dan awak Bolamp menerima 5 cangkir ukuran sedang didalamnya ada kopi item mengepulkan asap beraroma lelaki. ” Monggo mas niki gendise”, ujar mbok Warsih menyodorkan gula putih.
Cleguukk… Dalam bathin kang Farit membayangkan mbok Warsih, perempuan muda berambut aneka warna berbaju ketat. Jangan bayangkan yang aneh aneh kang, ini desa… Ojo nganeh-nganehi seperti kota yang menjamur dengan wanita pemandu kopi disertai goyangan dan igauan dangdut.
Tak begitu lama kang Budi menyusul dengan Seli 16inch, eh eh ada tambahan mas Choy, ciliput and his gang. Menambah gayeng sambil menunggu deplokan berikutnya untuk disedu.
” Brush.. Tiba-tiba Jizik menyemburkan butir kopinya, sambil memonyongkan bibirnya pada pakTua yang sedari tadi umek hape dengan mama lemonne”, ulah jizik ini selalu memecah suasana keakraban.
Monggo Giweser dan goweser sejati, kita ampiri untuk menikmati kopi lanang sejati. Harganya murah bila dibanding dengan rumah-rumah kopi di LA yang menjamur dengan peralatan modern.
Secangkir kopi mbok Warsih hanya 5 ribu, agak mahal dikit untuk ukuran kopi ndeso, tp melihat langsung cara pembuatannya, higienesnya plus aromanya.
Apalah arti uang lima ribu yang sebanding dengan 2 batang rokok 234, bila dibanding nikmat yang diperoleh dan longlong kow, kong kow pagi hari
Ditunggu untuk membudayakan kopi pahit kopi item tak pakai glukose, dojamin tubuh semakin sehat dan Greng. (FinKatiq)