Bolamp.net -Lamongan- Rabu(23/12) pagi berlima menyusur jalanan jeblok(bècèk) habis kena banjir 3 hari lalu akibat hujan lebat beberapa jam sehingga menggenangi area persawahan yang baru saja ditanamkan bibit winèh, tersapu air kiriman dari langit.
Gowes kali ini juga berkeinginan menyapa warung kopi deplokan tangan bukan gilingan seperti yang dilakukan warung kopi atau kafe yang lagi menjamur. Ada nuansa beda jika kita bisa mencicipi kopi lokal deplokan mbok Patima yang sudah berusia 68 tahun.
Saat berlima datang mbok Patima baru menumbuk kopinya dalam lumpang besi (lumpang kenthèng) ada aroma khas menggugah selera. Selanjutnya dengan doa doa yang dibaca sambil meracik 5 gelas kopi item, kopi cespleng , kopi sembur.
Bayangkan untuk menuju warung kopi mbok Patima harus dilalui dari Lamongan keselatan baru ke barat dusun Puter sejauh 16 km. Atau juga bisa via Lamongan, telon tikung, Kembangbahu keselatan menuju Maor trus ke timur sejauh 21km.
Alternatif lain, dari perumnas Made, ke Dusun SidoRukun menuju prapatan wajik. Yang amit-amit jalan setapak licin becek dan banyak nuntunnya, nekad? Tergelincir ke kali dikanan atau masuk kedalam sawah yang berair. Menuju desa Lopang, desa toea dengan sendang beji yang begitu angkernya.
Jalanan Delanggung naik dan becek pedelnya menuju desa Randu Bener. Istirahat lima menit lantaran jalan yang akan dilalui adalah jalan setapak, diantara pematang sawah. Pemandangan pagi ini begitu eloknya, dengan tarian daun daun padi usia 4O hari menari nari membuat ritme seperti lukisan kaligrafi alami.
Usai menyeruput segelas kopi ori mbok Patima, badan seakan bergairah dan penuh semangat. Bayangkan segelas kopi dijangkau dengan gowes selama 2 jam dengan peluh membanjir. Segelas cuman Rp 3 ribu, diberi Rp 25 ribu benar benar tidak mau, hanya minta Rp 18 ribu dengan makan krupuk dan biskuit setoples.
” Wis to nak, mbok Tima wes seneng sampean jik gelem mampir warung reyot dusunku iki. Mestine ora bayar”, ujar mbok Patima dengan bahasa jowo penuh kejujuran.
Jangan dibandingkan minum kopi di kafe kafe yang menjamur di Lamongan dengan penyaji berambut blonde dan menonjolkan Manjanya penyaji dengan gerakan gerakan yang membuat kerasannya kopiler kopilet.
Dari warung mbah Patima, perjalanan dilanjut ke barat menuju pasar Kembangbahu guna mengisi perut dengan kelon kuning kuthok pedis, beraroma untuk menaikkan tensi pelahapnya. Plus minuman es CaO gulo jowo mirah yang menghanyutkan.
Tunggu liputan kuliner desa bumbu pawon yang maknyus sekali. (Arifin Katiq)