Bolamp.net -Lamongan-
Mei 2017 awak Bolamp menjelajah
Gunung Padang untuk artikel di Tabloid Posmo Surabaya. Cerita dan getaran yang di terangkan oleh pemangku situs Gunung Padang ini merupakan Peninggalan Prabu Siliwangi, Rumah Keraton Java Sunda, selalu dihubungkan dengan cerita misteri dan berbentuk Piramida menjulang tinggi.

Namun cerita berkembang seiring dengan penelitian ilmia, penelitian perpustakaan, dengan metode Modern. Salah satunya Dr.Lutfi Yondri yang telah dimuat di detik edu. Berikut ulasannya.

Belakangan ini Gunung Padang ramai dibincangkan lagi setelah masuk salah satu episode film dokumenter Netflix. Banyak yang mengaitkan situs Gunung Padang dengan struktur piramida di negara lain. Mengenai itu, Arkeolog Jawa Barat Dr Lutfi Yondri meluruskan bahwa situs Gunung Padang bukan piramida.

“Perlu diluruskan, Gunung Padang itu bukan piramida. Situs Gunung Padang itu punden berundak. Penanggalan karbonnya antara 117 SM-45 SM,” ujarnya dilansir dari detikEdu, Jumat (10/2/2023).

Sebelum sampai pada penjelasan Dr Yondri, perlu kiranya kita mengetahui bagaimana situs Gunung Padang dengan struktur punden berundak berbentuk persegi empat yang bertingkat-tingkat itu ditemukan.

Seperti disebut dalam bukunya berjudul “Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan” Dr Yondri mengatakan bahwa situs Gunung Padang termasuk kelompok situs prasejarah yang ditemukan kembali.

Dr Yondri menyebutkan, catatan tentang bentuk Gunung Padang telah dilakukan oleh Verbeek pada tahun 1891 dan Krom pada tahun 1914.

Walaupun terpisah waktu 23 tahun, tapi tidak banyak perbedaan catatan tentang bentuk situs Gunung Padang. Keduanya mencatat bahwa situs Gunung Padang adalah tinggalan punden berundak yang terdiri dari empat teras.

“Pendeskripsian tentang bentuk situs Gunung Padang kemudian diteliti kembali dan menghasilkan laporan pada tahun 1984, 1985, 1986, 2012, 2014, baik yang dilakukanoleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional maupun Balai Arkeologi Bandung tahun 1996/1997, 2002, 2003, 2014, dan 2015,” tulis Dr Yondri.

Analisis bentuk situs Gunung Padang dilakukan berdasarkan hasil kajian kepustakaan, rekaman situs menggunakan 3D laser Scanning (fotogrametri), dan penggambaran struktur situs melalui pemetaan menggunakan pesawat Theodolit, dan hasil penggambaran situs secara manual.

Perekaman tentang bentuk situs megalitik Gunung Padang berdasarkan hasil penelusuran sumber kepustakaan sudah dimulai sejak era pemerintahan kolonial Belanda.

“Berdasarkan hasil pengamatan terhadap material yang digunakan, secara umum situs Gunung Padang terbuat dari susunan bongkahan batu andesit berbentuk balok prismatik atau sering disebut istilah batu kolom (columnar stones),” jelasnya.

Struktur dan kemungkinan fungsinya. Baca di halaman selanjutnya.

Berdasarkan keletakan bagian-bagian dari strukturnya, arkeolog lulusan S3 Universitas Padjadjaran itu menjelaskan bahwa pada bagian pertama yang terletak paling rendah adalah struktur yang disebut sebagai sumur.

Struktur sumur merupakan bentuk susunan bongkahan batu kolom andesit yang dibuat melingkungi sumber air (mata air). Bagian kedua dari struktur situs Gunung Padang disebut tangga utama. Tangga utama adalah bagian yang menghubungkan antara sumur dengan teras pertama atau teras I.

Bagian ketiga disebut teras. Situs Gunung Padang terdiri dari lima teras, terletak dengan orientasi utara-selatan. Kelima teras situs Gunung Padang tersebut terletak bertingkat-tingkat.
Kemungkinan untuk Pemujaan Arwah Leluhur.

Yondri sebagai arkeolog pun menyebutkan bahwa situs Gunung Padang dijelaskan sebagai salah satu produk budaya yang dibuat atau dibangun oleh manusia pada masa lalu.

Seperti halnya artefak yang merupakan refleksi dari tingkah laku manusia dalam kaitannya antara manusia dengan aspek lingkungan pada masa lalu.

Bila hal itu dikaitkan dengan pola hidup masyarakat prasejarah yang hidup pada masa bercocok tanam yang telah mengembangkan budaya pengagungan arwah leluhur, terbuka kemungkinan fungsi situs Gunung Padang tersebut sebagai tempat pemujaan arwah leluhur.

“Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, temuan arkeologis di sekitar batu datar (di Gunung Padang) tersebut juga hanya berupa fragmen tembikar polos dalam jumlah yang terbatas yang besar kemungkinan merupakan bagian dari wadah yang digunakan pada saat pelaksanaan ritual,” tutur Dr Yondri.(detik edu) .

“Gunung Padang Bukan Piramida?”, Kata Arkeolog merpakan Pemujaan Arwah.
Total Page Visits: 598 - Today Page Visits: 1

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *