Bolamp.net -Lamongan- sejumlah 19 penggowes handal Sadar Toea dan rekan sejawat, Minggu pagi(23/5) berkumpul di timur kantor Pemda Lamongan briefing untuk mengikuti penuturan sang Ketua Ji Yusro, rute yang harus dilalui.

Sementara diutara warga lamongan melakukan car free day dengan bersepeda angin, maupun jalan kaki keliling alon-alon yang ditengahnya penuh taman dan mainan anak-anak.

Semua sudah siap, dengan menggunakan prokes, selalu jaga jarak dan sopan dijalan. ” Monggo dicek rumiyen masker, dan alat- alat kesehatannya. Selama perjalanan kita selalu jaga jarak, diusia yang ke 17 ini kita jadikan moment untuk percontohan bagi penggowes lain. Bersepeda selain sehat fisik, sehat rohani dan paseduluran sak lawase.
Mari kita berdoa, selamat dan lancar selama perjalanan “, ujar jiYus.

Star dimulai dari Markas gang Semeru menuju desa Tambak boyo jalanan kota beraspal mulus. Menuju dusun topeng dan Karang pilang jalan desa yg kurang enak, semoga kedepan Jamula (Jalan Mulus Lamongan) segera terwujud.

Jalanan mulai naik sampai waduk Dukuh, dari kejauhan nampak para pencari ikan berjajar rapi, diatasnya warga desa melakukan kerja bakti, dan ada asap menghalangi ada pembakaran.

Dibutuhkan konsentrasi dan jarak lantaran jalan yang dilalui hanya bekas orang lewat dengan motor maupun sepeda angin, istilahnya hanya tercake ban.

Gowesser mulai tertatih-tatih, dibutuhkan kejelian dan ketepatan mengikuti jalan yang kanan kirinya tak rata dan penuh alang2 dan klorak. Dari jauh terdengar suara lantang jiZik ” Ojo Mamang” . Diawur ae cak, urusan jatuh urusan mburi.

Satu jam sudah perjalan terjal berbatu, lalu masuk areal pertanian padi yang menguning dan tananan kangkung yang lagi berbunga putih untuk bahan kosmetik. Ada pemandangan yang amat memanjakan mata bagaikan sajadah hijau dimasjid Sendang.

“Wow… Ati ati”, teriak cak Duang bersamaan mbah Farit mengingatkan hati-hati jalanan turun tajam tur sempit. Para penggowes menyebut jalan Clurutan.. Selfi selfi, kita foto bersama di view indah ini, tutur cak Ery yang setia dengan hape mutahirnya.

” Wah gimana ini, jalan setapak habis, ini ada 20an meter berumput liar”, kata ndan Salawi langsung memanggul sepedanya. Sedang yang lain memutar untuk dituntun. Ahirnya sampai pos 1 di depan pasar Pelang Kembang bahu.

Perjalanan dilanjut ke desa Puter yang berpaving, dilanjut jalan pematang sawah yang tak bisa digunakan simpangan. Satu satu dan penuh konsentrasi dan jaga jarak biar tak terperosok ke dalam sawah.

Leang leong seperti ular jalannya sampai di desa Lupang dilanjut desa Wajik yang mesti langsung lewat dalam Masjid Namira, tapi oleh akbp Kohar dimasukkan nerobos antar tambak.

” Syukur rasakan… Kita harus memanggul sepeda nyebrang kali di dua bambu diikat dan diatasnya ada pegangannya (istilah Lamongan, Nguwot) “, kata m.nuh dengan mimik serius. Mau tidak mau semua harus antri nguwot nyebrang kali.

Alhamdulillah akhirnya kita sampai di tempat finis di warung Ateng yang menyedian aneka masakan tradisional dengan mempertahan kwalitas bumbu dan materian pendukungnya,

Selamat ulang tahun ke 17 Sadar Toea, selalu jadi panutan dan pituturan bagi grup penggowes yang lain. Seduluran sak lawase, sehat fisik juga sehat Rohani. (Fink)

Di Usia 17 Sadar Toea, Gowes Bareng Jalanan Tanah Membelah Waduk dan Pematang Sawah
Total Page Visits: 928 - Today Page Visits: 2

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *