Bolamp. – Lamongan-. Pertigaan pertemuan jalan Wahidin SH dengan jalan Vetaran tepatnya depan SMAN 1 Lamongan menyimpan aroma yang disimpan rapat diatas generasi millenial. Deretan jalan memanjang dari utara patung Globe dg sepasang anak kesan menari menuju selatan  sampai jalan Sumargo, bila pagi ramai dengan seliweran anak yang bergegas menuju sekolah yang berjejer rapat.

Di ujung bulan Juni aneka kegiatan tumpah di sepanjang jalan ini lantaran anak dan orang tua, terfokus pada pengumuman masuk tidaknya anak di jenjang SLTA, di sepanjang jalan Veteran ini ada 4 Sekolah Negeri MANA, SMAN 1, SMKN 2 dan SMAN 2 dan 100 meter ke barat ada SMKN 1 secara online.

Banyak kepentingan muncul disini, sehingga bisa dibaca mimik wajah, ada yang sumringah, ada senyum melebar, ada senyum kecut, ada wajah menunduk, ada wajah pongah maupun wajah geram.

Kepentingan disini terurai berujung masuk tidaknya anaknya, anak keponakan maupun anak keenakan maupun anak akuannya.

Ada kriteria penerimaan anak didik baru melalui jalur prestasi akademik, prestasi non akademik, jalur rayon jauh dekatnya dengan sekolah, jalur keluarga kurang mampu maupun jalur mengikuti kepindahan orang tua.

Selain jalur diatas, ada jalur pintas maupun jalur tikus. Semua berusaha untuk membidik masuk sekolah favoritnya , selain yang benar-benar berprestasi  dan yang berdomisili dekat dengan sekolah.

Segala cara tertempuh ada broker , siasat dan strategi dengan anak panah yang menunjam. Anak yang domisili permanen disertai daftar KK yang seharusnya dilegalisir oleh kantor Capil, nyatanya berubah menjadi hanya surat keterangan dari Kelurahan.

” Anakku masuk SMAN 3 cak, katanya jauhnya domisiliku di Made 3 km,  gak masuk. Kalah siasat karo wong Perumahan Made kidul omahku yang minta SK dari kelurahan, karena domisili ikut embahnya di kenduruan”, ujar lelaki kekar yang juga pendidik di SMPN favorit dengan bangga tidak ikut ikut berbuat curang dengan memalsukan domisili.

Jalan tikus dan jalan tol dilakukan oleh orang tuanya, bisa langsung berhubungan dengan fihak sekolah. Biasanya melalui bagian operator yang ditunjuk Kepala Sekolah, bisa Wakasek atau guru senior.

Jalan tikus juga melalui broker, petualang pendidikan dengan imbalan rupiah yang melangit, ada fee, ada koneksi san petualang dapat untung yang tidak sedikit.

Terlacak selalu alibinya pimpinan tak ikut cawe cawe. Memang benar semua sudah tertangani rapi, tahu sama tahu, enak sama enak. Tetapi enaknya mereka tak enak bagi anak yang tergusur lantaran kuota, tergeser disinyalir adz permainan nilai. Seperti ricuh di pendaftaran di kabupaten  barat Lamongan yang menggelora.

Isapan jempol, isu isu mengenai pendidikan yang setiap tahun ajaran baru muncul, tapi menguap setelahnya happy ending.  Seperti setiap insan memenuhi hajatnya dengan makan minum seenaknya, makan sana makan sini, minum ini minum itu… Rame dalam wadah gentong kenyal, setelah dus dan keluar mahluk baru cairan maupun padat warna kuning berbau menyengat, tak ada protes namun happy dan bersemangat.

Begitulah arum bau anyir di ahir juni ini, karena angin dan embun sirna lantaran mentari timur muncul pagi hari. ( Arifin Katiq)

Arum kamboja abu-abu di telon Mendalan Lamongan
Total Page Visits: 2017 - Today Page Visits: 1

Navigasi pos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *