Laga Tandang Persela lawan PSCS Cilacap : Jika Jaka Tingkir Bisa Berdamai dengan Durga dan Nyi Roro Kidul
Lamongan- bolamp.net.- Persela Lamongan akan melakoni laga big match saat tandang melawan PSCS Cilacap, yang berlangsung pada Sabtu, (16/9/2023) kick off pukul 15.00 WIB sore ini.
Duel kedua tim ini akan dihelat di Stadion Wijayakusuma, Cilacap yang merupakan stadion magis bagi Laskar Nusakambangan atau pasukan Hiu Hitam ini.
Memang di laga perdana sebagai tuan rumah PSCS ditahan imbang 1-1 oleh Deltras Sidoarjo, namun Persela harus hati-hati kebangkitan anak asuh Charis Yulianto yang juga diperkuat Rafinha, eks andalan kesebelasan kota soto di kompetisi Liga 1 lalu .
Tim Jaka Tingkir harus waspada, meski secara teknis pemainnya masih di atas angin. Juga taktical pelatih Jajang Nurjaman (Janur, red) sudah tidak diragukan lagi.
Bagi Persela Lamongan tentunya ingin mengusung kemenangan dalam laga ini, pasalnya tim Jaka Tingkir memuncaki klasemen Grup 2 sehingga harus mengamankan dan bertahan di posisi terbaiknya.
Justru faktor non teknis lah yang harus dihitung dan tidak dianggap remeh. Yakni faktor mitos kota dan wilayah Cilacap yang sudah termasyur dengan peta mistik tanah Jawa. Segitiga Cilacap, Nusakambangan dan Gunung Selok, misalnya sangat kental sebagai benteng gaib Hiu Hitam ini.
Mencuplik pendapat Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (LOKANTARA), Dr Purwadi, M.Hum yang mengatakan dalam cerita tutur pedalangan, Pulau Nusakambangan disebut Nusa Kambana. Selain itu juga Nusa Barambang, Watu Masigid, Sela Marsigid, atau Dhandang Mangore.
Sementara dalam cerita wayang purwa, kahyangan Nusa Kambana digambarkan begitu wingit nan seram. Penguasa Nusa Barambang adalah Bethari Durga yang bergelar Sang Hyang Pramoni, yang mendiami Istana Watu Masigid. Yaitu sebuah istana yang gemerlap, karena dibangun dengan bahan serba emas.
Dalam beberapa literatur kesusasteraan, papar Purwadi, Bethari Durga menamakan dirinya Durga Umayi. Dan dalam versi lain Durga inilah yang menurunkan Bhatara Kala.
Keraton Surakarta Hadiningrat pun memberi sebutan Sang Hyang Bathari Kalayuwati. Selain itu, Nusa Barambang kala itu juga menjadi ibu kota makhluk halus yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.
Penguasa alam lelembut di tiap-tiap kabupaten mesti tunduk pada perintah Sang Hyang Pramoni Durga yang berada di Pulau Nusakambangan. Mereka yang tunduk antara lain jin balabatu (Blambangan, Banyuwangi); buta locaya si penguasa Kediri; sidagori di Pacitan, dan klenthing mungil yang mendiami Magetan.
Ada juga jin abur-abur yang tinggal di Madiun, kala jangga di Malang, serta pilang putih di Cepu, Blora. Semua pemuka makhluk halus tiap tahun mendatangi ke Nusa Kambangan untuk caos glondhong pengareng-areng, peni peni raja peni, dan guru bakal guru dadi.
Tidak hanya para pemuka makhluk halus, Keraton Surakarta setiap tahun menyelenggarakan upacara wilujengan negera Maesa Lawung di Alas Krendha Wahana. Menurut Purwadi, upacara ini ditujukan untuk menghormati Bethari Durga.
Adapun tokoh gaib lain yang menjangkungi Laskar Nusakambangan adalah Nyi Roro Kidul dan para penguasa gaib Gunung Selok yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Sedangkan Jaka Tingkir akankah berjuang seorang diri. Haruskah ia melawan para pesohor gaib Itu.
Spiritualis Lamongan, Ki Bagus Harya Damar, mengatakan untuk lebih aman Eyang Tingkir bisa berdamai, sehingga harus berbagi untuk tidak saling mengalahkan.
“Metafornya, ya seperti Deltras saja. Berbagi angka 0-0, 1-1, 2-2, cukup berdamai, adil, fair dan indah,” tuturnya.
Namun, masih menurut Ki Haryo Damar, jika harus memaksa maka tidak ada kata lain : Lawan!
Dan itu harus dilakukan oleh Jaka Tingkir, bukan seorang diri. Bukankah Ki Karebet itu punya guru yang sangat sakti mandraguna dan seorang waliullah pula. Apalagi Jaka Tingkir juga telah dianggap sosok yang luar biasa. Berdasarkan sejarah, Jaka Tingkir adalah ulama besar pada masanya.
Mengutip berbagai sumber, Jaka Tingkir memiliki nama asli Mas Karebet. Ia adalah putra dari Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga dan cucu Adipati Andaya Ningrat.
Semasa hidup, Jaka Tingkir mengabdikan dirinya di wilayah Demak. Kemudian ia menjadi raja di Kerajaan Pajang. Di masa kepemimpinannya, Jaka Tingkir berhasil menguasai Jawa Timur.
Dilansir dari laman resmi PCNU Cilacap, Jaka Tingkir adalah murid dari Sunan Kalijaga. Kewalian Jaka Tingkir diakui oleh almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Nah dari data inilah, pandulum winasis itu bisa dibaca. Laskar Nusakambangan bisa berdamai atau tidak? Karena jika sang guru Kalijaga berada di sisi Jaka Tingkir, maka Durga dan Nyi Roro Kidul sekalipun akan bersiap menerima kekalahannya.
*D Suwito/ A Kaota*